Laman

Rabu, 07 September 2011

Bolehnya Tahlilan....

Bolehnya Tahlilan....

"Apabila mati anak Adam, putuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: Sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak soleh yang mendoakannya."
(H/R Bukhari, Tirmidzi dan an-Nasaii)

Hadist di atas menerangkan doa dari anak yang soleh untuk ibu bapanya, namun permohonan doa kaum muslimin yang masih hidup untuk mereka yang sudah mati juga diharuskan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyebutkan bahwa anak yang soleh sebagai penyambung amal jariah setelah kematian orang tuanya sebab doa dari anak yang soleh tidak terputus karena anak termasuk hasil usaha seseorang semasa di dunia.
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyarankan kepada kaum muslimin supaya mengawini perempuan-perempuan yang solehah, yang subur dan pandai memelihara anak-anaknya agar anak-anak yang ditinggalkan akan menjadi penyambung amal jariah dan mendoakannya. Para ulama Ahlussunnah wal-Jamaah, bermanhaj Salafush Sholeh sependapat bahwa amalan ibu-bapa yang terputus sewajarnya disambung oleh anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Sebagai catatan: "Hanya anak-anaknya saja, bukan orang lain" yang dibolehkan menyambung amal orang tuanya yang terputus sebagaimana yang dapat difahami dari dalil-dalil yang berikut:

Dari Ibnu Abbas radiallahu `anhu berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi Sallallahu `Alaihi Wasallam bertanya: Ya Rasulullah! Ibuku telah meninggal sedangkan dia masih berhutang puasa sebulan belum dibayar, apakah boleh aku membayarnya untuk ibuku? Baginda menjawab: Andaikata ibumu menanggung hutang apakah engkau yang membayarnya? Beliau menjawab: Ya. Maka Nabi Sallallahu `Alaihi Wasallam bersabda: Hutang kepada Allah lebih patut dibayarnya" (H/R Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasaii)

"Dari `Aisyah radiallahu `anhu berkata: Bahwasanya seorang lelaki datang kepada Nabi Sallallahu `Alaihi Wa-Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah! Ibuku telah mati mendadak, sehingga dia tidak berkesempatan untuk berwasiat dan saya rasa andaikan ia mendapat kesempatan berkata tentu dia berwasiat (supaya bersedekah). Adakah ia mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya? Nabi Sallallahu `Alaihi Wasallam menjawab: Ya". (Lihat: تفسير القرآن العظيم . ابن كثير Jld. 4. Hlm. 335)

"Dari Ibnu Abbas radiallahu 'anhuma berkata: Seorang perempuan dari suku Juhainah datang kepada Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: Ibuku nazar akan mengerjakan haji, tetapi dia telah meninggal sebelum menunaikan nazarnya apakah boleh aku menghajikannya? Nabi Sallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: Ya, hajikan untuknya, bagaimana sekiranya ibumu menanggung hutang, apakah engkau yang membayarnya? Bayarlah hak Allah, kepada Allah lebih layak orang membayarnya". (Lihat: فتØ* القدير Jld. 5. Hlm. 111)

"Dari Ibnu Abbas radiallahu 'anhu berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa-Sallam lalu bertanya: Ayahku telah meninggal dan belum mengerjakan haji, apakah boleh aku menghajikannya? Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa-Sallam menjawab: Bagaimana jika ayahmu meninggalkan hutang, apakah kamu yang membayarnya? Jawabnya: Ya. Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa-Sallam bersabda: Maka hajikanlah untuk ayahmu". (Lihat: Tafsir Ibn Kathir tentang ayat di atas)

"Dari Ibnu Abbas radiallahu 'anhu berkata: Ibu Sa'ad bin 'Ubadah ketika meninggal sedang Sa'ad tidak ada. Lalu Sa'ad berkata: Wahai Rasulullah! Ibuku telah meninggal diwaktu aku tidak ada di rumah, apakah kiranya akan berguna baginya jika aku bersedekah? Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa-Sallam menjawab: Ya!. Berkata Sa'ad: Saya persaksikan kepadamu bahwa kebun kurma yang berbuah itu sebagai sedekah untuknya". (Lihat: تفسير ابن كثير 3. 444)

"Dari Ibn Abbas radiallahu 'anhu berkata: Seorang wanita dari suku Khasy'am datang kepada Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa-sallam lalu bertanya: Ya Rasulullah! Kewajipan Allah atas hambaNya berhaji telah menimpakan ayahku yang sangat tua sehingga tidak dapat berkenderaan, apakah boleh aku menghajikannya? Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa-Sallam menjawab: Ya boleh. Dan pertanyaan ini terjadi ketika haji al-Wada'.

(Lihat: تفسير القرآن العظيم . ابن كثير Jld. 4. Hlm. 330)

"Dari Abu Hurairah radiallahu anhu berkata: Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Sallallahu `alaihi wa-sallam dan berkata: Ayahku telah meninggal dan dia meninggalkan harta dan tidak berwasiat, maka apa berguna baginya jika aku bersedekah untuk dia? Jawab Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wa-Sallam: Ya". (Lihat: الطبرى (27-29).

"Al-Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan supaya dia memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup".
YASIN, 36:69-70.

Anehnya, surat ini telah disalahgunakan dengan menjadikan bacaan dari yang hidup untuk si mayit dengan kepercayaan bahawa pahala bacaan dapat memberi manfaat kepada si mayit Inilah sangkaan yang buruk terhadap kesempurnaan kitab Allah disebabkan kejahilan dan mengabaikan ilmu. Mereka tidak sadar untuk apa tujuan sebenar al-Quran diturunkan kepada manusia. Mereka melakukan sesuatu terhadap al-Quran tanpa keizinan dari Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana perbuatan Yahudi dan Nasrani terhadap kitab mereka yang akhirnya terjadi tambahan, perubahan dan pemansukhan kepada kitab mereka.
rahmadani18 is offline Add to rahmadani18's Reputation Report Post Report Post Multi-Quote This Message

Tidak ada komentar:

Posting Komentar